Go down
Dark666
Newbie
Message reputation : 100% (1 vote)

Autopsy : Part 4 - Sejarah Autopsi Empty Autopsy : Part 4 - Sejarah Autopsi

Dark666
SEJARAH AUTOPSI

Pada zaman dahulu, belum adanya praktek forensik menimbulkan begitu banyak kerancuan dalam penyelesaian suatu peristiwa kejahatan. Sehingga menyebabkan tidak terungkapnya suatu kasus dan memberikan kemudahan bagi pelaku untuk melarikan diri. Buruknya lagi, manusia-manusia yang hidup di zaman kuno seringkali membuat penyelesaian tidak logis dalam suatu peristiwa, misalnya ada suatu kasus pembunuhan, peradilan terhadap orang yang dianggap pelaku diserahkan pada dewa api dengan cara menyuruh orang tersebut berjalan diatas api, kalau kakinya terbakar orang itu dianggap bersalah. sweat

Walaupun begitu pembedahan dan pemisahan organ jenazah telah dilakukan oleh manusia setidaknya 3000 tahun SM oleh bangsa Mesir Kuno dalam praktek mumifikasi. Pembedahan mayat yang digunakan untuk autopsi sendiri bermula pada sekitar awal millenium ketiga SM, walaupun sebenarnya hal ini berlawanan dengan norma masyarakat saat itu yang menganggap pengrusakan terhadap tubuh jenazah akan menghalanginya ke akhirat.

Konsep ilmu forensik modern saat ini bagaimanapun juga tidak bisa dilepaskan dari jasa-jasa orang-orang di zaman dahulu. Buku berjudul “Xi Yuan Lu” , ditulis oleh Song Ci (1186–1249) pada masa Dinasti Song -tepatnya tahun 1248- adalah salah satu tulisan pertama tentang penggunaan obat atau zat kimia dan Entomology untuk menemukan penyebab suatu kematian. Buku ini juga memberikan nasihat tentang bagaimana membedakan antara korban yang tewas karena tenggelam atau pencekikan, bersama dengan bukti-bukti lain dari hasil pemeriksaan mayat yang pernah dilakukan untuk menentukan apakah kematian disebabkan oleh pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan. Sejarah mencatat bangsa Romawi Kuno telah membuat peraturan tentang autopsi sekitar 150 SM. Pada tahun 44 SM, jenazah Julius Caesar adalah salah satu yang beruntung menjadi obyek resmi autopsi, belakangan para autopsist menemukan bahwa tusukan kedua pada tubuhnya lah yang fatal sehingga berakibat pada kematian. Yunani kuno pada abad ketiga SM juga memiliki 2 orang autopsist handal dan terkenal, Erasistratus dan Herophilus Khalsedon yang tinggal di Alexandria, tetapi secara umum autopsi kurang begitu dikenal di Yunani kuno. Selain mereka, pembedahan jenazah untuk alasan medis juga dilakukan oleh bangsa-bangsa lain misalnya seperti yang dilakukan dokter Arab Avenzoar dan Ibn al-Nafis, tapi proses autopsi modern berasal dari para anatomis dari Renaissance. Giovanni Morgagni (1682-1771), yang dikenal sebagai bapak patologi anatomi, menulis karya lengkap pertama pada patologi, “De Sedibus et Causis Morborum per Anatomen Indagatis” (The Seats and Causes of Diseases Investigated by Anatomy, 1769). Sedangkan sidik jari mulai digunakan untuk bukti ketika Juan Vucetich memecahkan kasus pembunuhan di Argentina dengan memotong sebagian dari pintu dengan sidik jari berdarah di atasnya.


Di Eropa abad keenam belas, praktisi medis ketentaraan dan universitas mulai mengumpulkan informasi tentang sebab dan cara kematian. Ambroise Pare, seorang ahli bedah tentara Prancis, mempelajari efek kematian karena kekerasan pada organ internal. Dua ahli bedah Italia, Fortunato Fidelis dan Paolo Zacchia, membangun fondasi munculnya patologi modern dengan mempelajari perubahan yang terjadi dalam struktur tubuh akibat penyakit. Pada akhir 1700-an, tulisan-tulisan tentang topik ini mulai muncul. Hal ini termasuk: A Treatise on Forensic Medicine and Public Health oleh Fodéré, seorang dokter Prancis. Dan The Complete System of Police Medicine oleh ahli medis Jerman Johann Peter Franck.

Pada tahun 1776, kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele menemukan cara untuk mendeteksi oksida arsenous alias arsenik, di mayat meskipun hanya dalam kasus arsenik yang berjumlah besar. Penyelidikan ini diperluas, pada tahun 1806, oleh kimiawan Jerman Valentin Ross, yang mempelajari cara mendeteksi racun pada dinding perut korban, dan oleh ahli kimia Inggris James Marsh, yang menggunakan proses kimia untuk mengkonfirmasi penggunaan arsenik dalam suatu percobaan pembunuhan di tahun 1836.

Dua contoh awal penggunaan ilmu forensik Inggris dalam proses hukum menimbulkan berkembangnya penggunaan logika dan prosedur logis dalam penyelidikan kriminal. Pada 1784, di Lancaster, John Toms diadili dan dihukum karena membunuh Edward Culshaw dengan pistol. Ketika mayat Culshaw diperiksa, “pistol wad” (kertas dihancurkan yang digunakan untuk menjaga bubuk dan bola di moncong) yang ditemukan di luka pada kepalanya cocok dengan surat kabar robek yang ditemukan di saku Toms. Di Warwick pada tahun 1816, seorang buruh tani diadili dan dihukum karena pembunuhan seorang pembantu muda. Dia tenggelam di kolam dangkal dan menanggung tanda serangan kekerasan. Polisi menemukan jejak kaki dan bekas cap dari kain corduroy bertambalan di tanah lembab di dekat kolam renang. Selain itu juga tersebar butir gandum dan sekam. Celana dari buruh tani yang tengah mengolah gandum di dekat situ diperiksa dan ternyata cocok dengan bekas cap di tanah dekat kolam renang. Kemudian pada abad ke-20, beberapa patologist Inggris, Bernard Spilsbury, Francis Camps, Sydney Smith dan Keith Simpson merintis metode baru ilmu forensik di Britania. Pada 1909, Rodolphe Archibald Reiss mendirikan sekolah ilmu forensik pertama di dunia, "Institut de polisi scientifique" di University of Lausanne (UNIL).


Dua besar peneliti medis abad kesembilan belas Rudolf Virchow dan Carl von Rokitansky telah menurunkan dua teknik otopsi yang berbeda yang masing-masing dinamai sesuai dengan nama mereka. Demonstrasi mereka atas ketekaitan antara kondisi patologis dalam tubuh yang telah mati dan gejala dan penyakit dalam hidup membuka jalan bagi cara berpikir yang berbeda tentang penyakit dan pengobatannya.

Berikut adalah nama-nama Ahli Forensik terkemuka di masanya :

* Michael Baden (1934 – )
* William M. Bass
* Joseph Bell (1837 – 1911)
* Sara C. Bisel (1932 – 1996)
* Ellis R. Kerley (1924 – 1998)
* Paul L. Kirk (1902 – 1970)
* Clea Koff (1972 – )
* K. Krishan (1973 - )
* Wilton M. Krogman (1903 – 1987)
* Henry C. Lee (1938 – )
* Edmond Locard (1877 – 1966)
* William R. Maples (1937 – 1997)
* Keith Simpson (1907 – 1985)
* Clyde Snow (1928 – )
* Bernard Spilsbury (1877 – 1947)
* Auguste Ambroise Tardieu (1818 – 1879)
* Paul Uhlenhuth (1870 – 1957)
* Cyril Wecht (1931 – )

Di atas disebutkan pula "Joseph Bell", dimana pada tahun 1877 ia bertemu seseorang yang kemudian menjadi juru tulisnya di The Royal Infirmary of Edinburgh. Belakangan sang juri tulis menulis sebuah buku novel dengan tokoh utama yang terinspirasi karakter dan metode observasi Bell. Novel detektif legendaris sepanjang masa yang berjudul "Sherlock Holmes", juru tulis tersebut bernama Arthur Conan Doyle.




*Original Post written by Dark666 dari berbagai sumber.
*This Article also posted in DSI.
*Perhatian ! Boleh copy paste, tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan nama penulis asli (Dark666) dan/atau beserta linkback halaman depan forum ini.
Kembali Ke Atas
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik